Hello
readers, hello book lovers, hello everybody ^_^
Cieee
sekarang udah Desember nih. What’s your Deecember Wish? Mau sharing boleh kok
di commnt :) kalo Diana
December Wishnya itu bisa dapet nilai UAS 1 yang baik, memuaskan, nggak ada
yang remidi hihi... terus bisa nngerayain Natal dengan penuh kebahagiaan
bersama keluarga. Amen :)
Ekhm...
sekarang langsung aja deh ya, Diana kasih review novel yang ketjeh :D.
Capcuss... and hope you like it ^^
Judul : Prom and Prejudice
Penulis : Elizabeth Eulberg
Penerjemah : Retno Retnadi
Penerbit : Bentang Belia
ISBN : 978-602-9397-01-7
Halaman : 211

Untung
ada sahabat Lizzie yang bernama Jane. Jane adalah orang kaya yang tidak
sombong. Ada pula Charlotte dan Charles pacar Jane. Namun, ada juga satu orang
yang dibenci Lizzie. Dia adalah Will Darcy. Cowok yang menurut penilaian Lizzie
adalah cowok congkak, tapi Lizzie sudah salah paham akan hal tersebut.
Hari-hari
Lizzie diisi dengan berlatih piano, bekerja, dan belajar. Ada pula saat dimana
Jane mengajak serta memaksa Lizzie supaya datang ke pesta bersamanya. Demi
Jane, akhirnya Lizzie bersedia saja datang ke pesta walaupun dia tak terlalu
berminat. Namun, apapun untuk kebahagiaan Jane.
Jane
juga ingin supaya Lizzie dekat dengan Charles dan teman-teman Charles yang
lain. Salah satunya adalah Darcy. Namun, Lizzie sudah terlanjur membenci Darcy.
Lizzie hanya benar-benar ingin membalas kebaikan Jane, sehingga dia pasrah saja
saat Jane memerintahkannya untuk lebih kenal dengan Charles dan teman-temannya,
namun Lizzie memang tak keberatan berkenalan dengan Charles lebih dekat karena
Charles adalah cowok baik.
Hari
demi hari berlalu hingga sebentar lagi akan diadakan prom. Semua orang
membicarakan tentang prom. Namun tidak dengan Lizzie. Dia tak berminat untuk
datang ke prom walaupun ada satu orang cowok Pemberley yang mengajaknya datang
ke prom bersama. Di lain sisi, ada juga George Wickham anak beasiswa yang
diusir dari Pemberley. Lizzie menyukai Wick. Apalagi mereka sama-sama anak
beasiswa. Namun Wick memiliki masalah dengan Darcy dan Wick mengumbar-umbar
cerita yang membuat Lizzie menjadi lebih benci terhadap Wick.
Sementara
itu, Darcy semakin perhatian ke Lizzie. Namun Lizzie tetap membenci Darcy.
Darcy memiliki sebuah perasaan terhadap Lizzie. Namun Lizzie malah
menganggapnya sebagai penghinaan. Walaupun Lizzie membenci Darcy dan sering
berkata kasar kepadanya, Darcy tetap berusaha mengambil hati Lizzie dengan cara
yang luar biasa dan tak terduga.
***
“Kalau kau memang enggak punya perasaan apa pun pada Will Darcy, kenapa wajahmu merah dan tanganmu merapikan rambut?”
Wow! The story can make me feel...
feel.. oh my gosh! I can’t explain it! Intinya itu novel ini luar biasa!
Cover novel ini sangat menarik.
Cover yang simple namun juga mempesona. Dari tulisan judulnya saja sudah
menarik. Tulisan judul menggunakan font yang tak biasa. Begitu juga dengan
tagline dan nama penulisnya. Covernya menjadi lebih menarik dan sweet karena
judul yang diberi text highlight color dan juga gambar seorang cewek feminim
menggunakan pakaian yang sweet dan gambar seorang cowok cool. Warna dasar cover
adalah putih.
Penokohan cover novel ini juga
sangat kuat. Karakter tokoh yang kuat membuat ceritanya menjadi lebih hidup.
Dari karakter memang cukup kuat, tapi secara fisik kurang begitu kuat. Masih
sulit membayang sosok Lizzie, Jane atau yang lainnya.
Dari alur memang sudah cukup bagus,
namun sayangnya alur ceritanya terlalu cepat. Coba aja deh kalo alurnya
diceritkan dengan detail dan jangan terlalu cepat, pasti novel ini bakalan
lebih bagus lagi. Diksi novel ini juga udah pas. Nggak terlalu formal tapi juga
ngak terlalu santai.
Nah, pada initinya novel ini sangat
menggugah untuk dibaca. Aku udah membuktikannya. Novel ini dapat kurampungkan
dalam satu hari! Rasanya nggak pengen berhenti baca. Buktikan sendiri, okay? ;)
“Aku akan mengajakmu berkencan ke tempat yang sangat sederhana, sangat nggak-Pemberley. Enggakk akan ada kristal, enggak ada masakan foie apa pun, dan yang lebih penting nggak ada pesta dansa gila-gilaan. Hanya ada kau, aku, dan makanan Italia yang lezat.”